Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan anak
usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjangpendidikan dasar yang merupakan suatu
upaya pembinaan yang
ditujukan bagi anaksejak lahir sampai dengan usia enam
tahun yang dilakukan melalui pemberianrangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani danrohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan
informal.
Pendidikan anak usia
dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang
menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan danperkembangan
fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta,
kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio
emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan
komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui
oleh anak usia dini.
Di Indonesia
pelaksanaan PAUD masih terkesan ekslusif dan baru menjangkau sebagian kecil
masyarakat. Meskipun berbagai program perawatan dan pendidikan bagi anak usia
dini usia (0-6 tahun) telah dilaksanakan di Indonesia sejak lama.
Konsumsi gizi anak juga diperhatikan karena pada masa inilah organ otak anak
cukup pesat berkembang yang dipengaruhi oleh protein. Pada umur 4 tahun
kecerdasan anak akan terbangun 50 persen dari total kecerdasan yang akan
dicapai pada usia 18 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa usia 4 tahun pertama
adalah masa-masa paling menentukan dalam membangun kecerdasan anak dibandingkan
masa-masa sesudahnya. Artinya, nilai pada usia tersebut anak tidak mendapatkan
rangsangan yang maksimal, maka potensi tumbuh kembang anak tidak akan
teraktualisasikan secara optimal.
Karakteristik anak pra sekolah ada empat,
yaitu :
v perkembangan
jasmani
v perkembangan
kognitif
v perkembangan
bahasa
v perkembangan
emosi dan sosial
Tetapi tidak semua
anak mengalami pendidikan prasekolah. Ada anak yang membutuhkan pendidikan
khusus yaitu anak yang cacat seperti cacat mental. Tuna netra, tuna wicara.
Semakin cepat penanganan akan kebutuhan khusus anak ini akan semakin baik.
Ada dua tujuan mengapa perlu diselenggarakan
pendidikan anak usia dini, yaitu:
Tujuan utama: untuk
membentuk anak yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai
dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam
memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa.Tujuan penyerta: untuk
membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar(akademik) di sekolah.
Pentingnya Kognitif oleh anak Usia dini
Dalam masa usia dini
anak mulai sensitif untuk menerima berbagai upaya pengembangan seluruh potensi
anak. Masa ini merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam
mengembangkan dua bidang kemampuan anak oleh sebab itu di butuhkan kondisi
untuk stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan
perkembangan anak tercapai secara optimal. Pendidikan selain untuk
mengembangkan sikap prilaku melalui pembiasaan, juga mengembangkan kemampuan
dasar anak yang salah satunya adalah kemampuan daya pikir yang dikenal istilah
pengembangan kognitif.
Kognitif adalah suatu
proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai dan
mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Departemen Pendidikan Nasional
( 2002 ) menjelaskan kemampuan kognitif adalah kemampuan berpikir logis,
kritis, memberi alasan, memecahkan masalah dan menemukan sebab akibat. Wachs
(1979) mengemukakan perkembangan kognitif dapat ditingkatkan apabila orang tua
penuh kasih responsif secara verbal dan memberikan lingkungan yang
terorganisasi dan bisa di ramalkan dengan kemungkinan untuk variasi pengalaman.
Melalui jalur
pendidikan formal di taman kanak-kanak guru sebagai fasilitator hendaknya
menyediakan kegiatan-kegiatan yang dapat dijadikan pengalaman oleh anak melalui
permainan sains akan memberikan pengalaman belajar yang disukai anak. Dengan
demikian diharapkan kemampuan daya pikir anak dapat berkembang. (Sujiono, 2005
: 2).
Pentingnya Emosional pada Anak Usia Dini
Sangat penting sekali.
Phenomena anak-anak khususnya dari 3 tahun
sampai dengan remaja, yang mudah sekali mengeluarkan emosi dan sulit
berdiskusi, bahkan dapat dijumpai beberapa kasus emosi anak remaja yang
mengarah kepada sebuah tindakan yang mencelakakan orang lain.
Hal ini tentunya
menjadi teguran bagi para orang tua dan masyarakat, bahwa emosi anak belumlah
terdidik! Yang mengkhawatirkan adalah ketika emosi yang tidak terdidik ini
berkembang sampai dewasa dan bahkan sudah kakek nenek!
Dan umumnya
anak-anak yang memiliki perilaku anarkis adalah karena kurangnya pengetahuan
untuk mengeluarkan emosi yang benar.
Memberi contoh emosi yang benar kepada anak
Ketika anak tidak
memahami cara menyampaikan emosi yang benar kepada orang lain, maka tindakan
dan kata-kata yang kasar akan menjadi makanan utama bagi sang anak. Mendidik
emosi yang benar kepada anak juga tidak mudah karena diperlukan kecerdasan
emosional dari diri si orang tua juga. Seperti kata pepatah, buah tidak jauh
dari pohonnya.
Jika suka membentak,
memukul, memarahi anak, maka adalah hal yang sah-sah saja bagi anak anda untuk
melakukan hal yang sama pada orang lain. Seperti contoh, anak yang
berumur 6 tahun memukul temannya disekolah. Ajaklah si anak menjauh dari teman
yang dipukulnya, tanyalah apa yang menyebabkan dia memukul temannya. Tunggu
sampai ia menjelaskan dan jangan memaksa.
Hal yang sangat
penting bagi orang tua untuk menghormati perasaan anak, walaupun anak tersebut
belum menguasai kosa kata yang cukup sekalipun - apalagi jika anak sudah
beranjak remaja.
Membiasakan diri menjadi pembicara dan
pendengar yang baik adalah salah satu contoh yang efektif untuk mendidik emosi
anak.
Pointnya
adalah, orang tua boleh saja bercita-cita agar anaknya kelak bisa secerdas Steve
Jobs atau si Alberst Einsten. Tetapi kecerdasan yang tidak memiliki
akhlak luhur tentunya tidak diinginkan oleh para orang tua juga, akhlak
luhur ini sangat berkaitan dengan bagaimana kita mendidik kecerdasan emosional
pada anak sejak dini.
Orangtua dapat mengajarkan aspek-aspek ini sesuai perkembangan usia anak.
1. Kemampuan Untuk Mengenali Emosi Diri.
2. Kemampuan Untuk Mengelola Dan Mengekspresikan Emosi
3. Kemampuan untuk Memotivasi Diri
4. Kemampuan Untuk Mengenali Emosi Orang Lain
5. Kemampuan Untuk Membina Hubungan Dengan Orang Lain
Pentingnya Fisik pada anak Usia dini
Orangtua dapat mengajarkan aspek-aspek ini sesuai perkembangan usia anak.
1. Kemampuan Untuk Mengenali Emosi Diri.
2. Kemampuan Untuk Mengelola Dan Mengekspresikan Emosi
3. Kemampuan untuk Memotivasi Diri
4. Kemampuan Untuk Mengenali Emosi Orang Lain
5. Kemampuan Untuk Membina Hubungan Dengan Orang Lain
Pentingnya Fisik pada anak Usia dini
Perkembangan fisik
pada anak banyak kaitannya dengan orang tua daripada anak-anak tidak memiliki
konsep apa itu sehat di usia dini. Anak dapat makan apa yang mereka inginkan,
tetapi perlu mulai mengajarinya tentang pentingnya kesehatan tubuh sejak dini.
Sebagai seorang anak
tumbuh, sistem saraf-nya menjadi lebih matang. Karena ini terjadi, anak menjadi
lebih dan lebih mampu melakukan tindakan yang semakin kompleks. Tingkat di mana
keterampilan motorik muncul kadang-kadang merupakan kekhawatiran bagi orang
tua.
Perkembangan fisik motorik
- Motorik Kasar: Berlari, memanjat, menendang bola, menangkap
bola, bermain lompat tali, berjalan pada titian keseimbangan, dll.
- Motorik Halus: Mewarnai pola, makan dengan sendok, mengancingkan baju, menarik resluiting, menggunting pola,menyisir rambut, mengikat tali sepatu, menjahit dengan alat jahit tiruan, dll.
Pentingnya Pendidikan Sosial pada anak Usia dini
- Motorik Kasar: Berlari, memanjat, menendang bola, menangkap
bola, bermain lompat tali, berjalan pada titian keseimbangan, dll.
- Motorik Halus: Mewarnai pola, makan dengan sendok, mengancingkan baju, menarik resluiting, menggunting pola,menyisir rambut, mengikat tali sepatu, menjahit dengan alat jahit tiruan, dll.
Pentingnya Pendidikan Sosial pada anak Usia dini
Perkembangan sosial
merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan social anak usia dini. Dapat
juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap
norma-norma kelompok, moral, dan tradisi; meleburkan diri menjadi suatu
kesatuan yang saling berkomunikasi dan bekerja sama.
Manfaat yang diperoleh
anak dengan diberikannya kesempatan untuk berhubungan sosial akan sangat
dipengaruhi oleh tingkat kesenangan hubungan sosial sebelumnya. Yang umumnya
terjadi pada masa ini adalah bahwa anak lebih menyukai kontak sosial sejenis
daripada hubungan sosial dengan kelompok jenis kelamin yang berlawanan.
Secepat
individu menyadari bahwa diluar dirinya itu ada orang lain, maka mulailah pula
menyadari bahwa ia harus belajar apa yang seyogyanya ia perbuat seperti yang
diharapkan orang lain. Proses belajar untuk menjadi mahluk sosial ini disebut
sosialisasi.
Dorothy Law Nolte pernah menyatakan bahwa anak belajar dari kehidupan lingkungan-sosialnya. Lengkapnya adalah :
Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyeasali diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, ia belajar keadilan
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan
Sumber :
Anwar dan Ahmad, Arsyad. 2007. Pendidikan Anak Dini Usia. Bandung: Alfabeta.
Tientje, Nurlaila N.Q. Mei dan Iskandar, Yul. 2004. Pendidikan Anak Dini Usia UntukMengembangkan Multipel Inteligensi. Jakarta: Dharma Graha Group.
Indrawati, Maya dan Nugroho, Wido. 2006. Mendidik dan Membesarkan Anak Usia Pra-Sekolah. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_anak_usia_dini
Dorothy Law Nolte pernah menyatakan bahwa anak belajar dari kehidupan lingkungan-sosialnya. Lengkapnya adalah :
Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyeasali diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, ia belajar keadilan
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan
Sumber :
Anwar dan Ahmad, Arsyad. 2007. Pendidikan Anak Dini Usia. Bandung: Alfabeta.
Tientje, Nurlaila N.Q. Mei dan Iskandar, Yul. 2004. Pendidikan Anak Dini Usia UntukMengembangkan Multipel Inteligensi. Jakarta: Dharma Graha Group.
Indrawati, Maya dan Nugroho, Wido. 2006. Mendidik dan Membesarkan Anak Usia Pra-Sekolah. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_anak_usia_dini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar