Aku
pernah mengalami kecelakaaan bersama dengan kedua orang tua ku malam hari. Pada
saat itu aku demam dan dibawa ke mantri untuk disuntik. Waktu sudah jam 9
malam. Kami bertiga naik kreta untuk berobat. Dari awalnya juga aku sudah
mengeluh karena takut disuntik dan aku habis kena marah karena sudah menangis
dulu sebelum berobat.
Sesampai
sudah di rumah mantrinya suhu ku diukur dan ternyata hampir step. Aku disuntik
dan dikasih obat. Setelah itu kami pulang. Ditengah jalan kami mengalami
kecelakaan. Ada mobil kijang yang menabrak dari belakang. Aku tercampakketengah
jalan, mama ku hampir masuk ke jurang dan bapak ku jatuh ditimpah kreta. Aku
dan mama mengalami resiko yang berat yaitu sama-sama mengalami patah tulang.
Aku dibagian tulang selangka dan mama dibagian sikutangan kanan.
Selama
sebulan lebih aku tidak masuk sekolah. Berobat ke dukun patah dan solusinya aku
harus memangku tangan ku lebih kurang satu setengah bulan. Ketika dalam proses
pengobatan saya mengalami stres karena sakit yang saya alami sungguh diluar
kemampuan saya. :’(
Saya
dihadapkan pada 2 pilihan yang sama buruknya ( avoidance-avoidance conflict )
bagi saya. Aku harus memilih melatih tangan ku untuk bergerak atau tangan kanan
ku cacat dan tak berfungsi sama sekali. Aku pastinya memilih untuk melatih
tangan ku untuk bergerak kembali agar kehidupan ku normal. Awalnya kesakitan
yang ku alami itu luar biasa dan selalu menangis ketika memulainya. Setiap aku
menangis disinilah peran mama kurasakan. Aku diberikan kue ketika aku ada
kemajuan dalam hal sekecil apapun itu. Ini menambah semangat ku untuk kembali
melatih tangan ku bekerja.
Waktu
yang ku butuhkan untuk menyesuaikan tangan ku adalah dua minggu. Aku kembali
sekolah dan masa stress ku dapat ku lewati dengan baik.
Sekian
cerita sedih saya di masa kecil. Kalau bisa memilih aku tidak mau lagi
mengalami kejadian seperti itu.
J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar